Senin, 31 Desember 2012

Gymnast Kyla Ross and grandmother form special bond

Kyla Ross is not only the youngest member of the US Gymnastic Team, but at 15-years-old, she is the youngest competitor of the entire 530-person American field. Kyla.

U.S. gymnast Kyla Ross performs on the uneven bars during the women's gymnastics qualifying round. Also included in the roundup: Marianne Vos of The Netherlands outsprinted Britain's Elizabeth Armitstead to win the gold medal in the women's road

JULY 23: (L-R) Jordyn Wieber, McKayla Maroney, Kyla Ross, Alexandra Raisman, and Gabrielle Douglas of the United States listen to Martha Karolyi ahead of the 2012 Olympic Games at Greenwich Training Academy on July 23, 2012 in London, …

Ditto McKayla Maroney and Aly Raisman. Not Kyla Ross. No, the Maine news, sports, politics and election results, and obituaries. The Bangor Daily News is your source for breaking news in Maine and up-to-the-second. Kyla Ross of Aliso

There are three gymnasts from the Los Angeles area that will be competing in the 2012 Olympic Games. On the women's team, Kyla Ross came from the hometown of Aliso Viejo. The youngest member of the women's team, Ross finished fifth in the all-around,

Kamis, 29 November 2012

Bahaya...Zionis Akan Bangun Sinagog Jewel of Israel Dekat Masjid Al-Aqsha

Yayasan wakaf Al-Aqsha menyebutkan, Israel secara langsung akan membangun singog agung dengan nama, “Jauharah Israel”  Jewel of Israel" di jantung Kota Tua Al-Quds.

Yayasan wakaf Al-Aqsha dalam penjelasanya, Kamis (29/11) mengatakan, Israel berencana membangun sinagog agung milik yahudi yang berjarak sekitar 200 meter dari Masjid Al-Aqsha, sebelah baratnya, dengan alasan merenovasi bangunan sinagog lama. Padahal sinagog ini, dibangun di atas reruntuhan musholla milik ummat Islam. Sinaog ini terdiri dari tiga tingkat di atas tanah dengan kubbah yang besar. Tingginya kurang lebih 23 meter dari atas permukaan tanah dan diperkirakan menghabiskan dana sekitar 50 juta shekel.

Tujuan dari pembangunan sinagog ini adalah dalam rangka rencana mereka meyahudikan Al-Quds selain meminimalisir kemegahan Islam dan Kristen di kota tersebut, khususnya Masjid Al-Aqsha dan Kubbah Sakhra.
Selain itu, bangunan tersebut merupakan sinagog ketiga yang didirikan Israel dalam beberapa tahun terakhir. Setelah sebelumnya membangun sinagog Al-Kharrab, Khaimah Ishaq dan semuanya dibangun ditas tanah milik ummat Islam.

Hamas: Israel Akan Melarikan Diri Dalam Perang Berikutnya

SEORANG pejabat senior Hamas mengatakan Israel akan melarikan diri dari tanah yang mereka duduki jika perang pecah kembali antara gerakan perlawanan Palestina dengan rezim Tel Aviv.

Atallah Abu al-Sabah, Menteri Hamas untuk urusan tahanan, mengatakan pada hari Kamis ini (29/11/2012), “Kain dari masyarakat Israel telah terkoyak dalam menghadapi kekuatan perlawanan Palestina.”

Dia menambahkan bahwa ribuan warga Israel melarikan diri ke utara untuk menghindar dari serangan roket balasan dan rudal yang ditembakkan oleh pejuang Hamas selama perang baru-baru ini di Jalur Gaza.

“Rezim Tel Aviv akan bergantung pada serangan jangka pendek karena mereka tidak mampu memimpin perang jangka panjang,” kata Sabah.

“Pejuang Palestina berjuang dengan keyakinan yang kuat dan semangat juang yang tinggi, sedangkan tentara Israel bertempur dengan semangat kekalahan.”

Menteri Hamas juga memuji negara-negara yang mendukung gerakan perlawanan selama perang Gaza dengan Israel.

“Gaza telah mempersatukan bangsa Arab dan mewujudkan eksistensinya sebagai entitas politik.”

Sabah juga mengutip pernyataan Khalid Miysaal Kepala Biro politik Hamas yang mengatakan bahwa perlawanan akan segera terjadi juga di Tepi Barat.

Lebih dari 160 warga Palestina, termasuk perempuan dan anak-anak, tewas dan sekitar 1.200 lainnya luka-luka dalam serangan Israel di Gaza yang dilakukan selama periode delapan hari agresi 14-21 November lalu.

Sebagai balasan, para pejuang perlawanan Palestina terus-menerus menembakkan roket dan rudal ke kota-kota Israel, menewaskan sedikitnya lima warga Israel.

Bek Timnas Belanda Bangga Jadi Muslim

Bagi bek de Oranje Khalid Boulahrouz, Islam adalah agama yang menyampaikan kedamaian. Karena itu, ia sangat tegas membantah tudingan yang mengidentikkan Islam sebagai ajaran penuh kekerasan.

Tidak terkeculi ketika ada pernyataan tendensius yang dilontarkan pengikut akun twitter, Boulahrouz, @YoeriAlbrecht. Dalam kicauannya, akun tersebut menanyakan ancaman Hamas yang memiliki 1.000 roket dan siap diluncurkan ke wilayah Israel.
Namun pemain Sporting Lisbon itu menegaskan bahwa upaya itu dilakukan sebagai bentuk pertahanan diri. Hamas hanya menjaga Jalur Gaza dari bombardir serangan roket jet tempur militer Zionis.
Karena itu, Boulahrouz tidak sepakat agamanya hanya mengajarkan teror seperti stigma yang melekat di masyarakat Barat. Melalui @boulahrouz81, ia menjawabnya. “@YoeriAlbrecht @fbarend Ik als moslim zijnde ben tegen geweld, maar ook tegen onderdrukking! Can i have a RT. Alvast bedankt #peace #islam (Saya senang menjadi seorang Muslim, saya menentang kekerasan, tetapi melawan penindasan. Dapatkah saya memiliki RT Terima kasih #damai #Islam).”

Bersama Ibrahim Afellay, keduanya tercatat sebagai pesepak bola Muslim yang memperkuat Timnas Belanda. Pemain kelahiran Belanda berdarah Maroko itu dikenal sebagai penganut agaman yang taat.

Mantan pemain Chelsea dan Sevilla itu gemar membaca Alquran dan pernah kursus bahasa Arab untuk bisa mendalami kandungan tafsir ayat suci. Setiap Jumat, ia selalu berkicau mendoakan umat Muslim agar selalu diberkahi hari yang penuh barokah itu.

Muslimah Cantik, Bermahkota Rasa Malu

kaum wanita yang tidak menyadari betapa berharganya dirinya. Sehingga banyak dari kaum wanita merendahkan dirinya dengan menanggalkan rasa malu, sementara Allah telah menjadikan rasa malu sebagai mahkota kemuliaannya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
((إنَّ لِكُلِّ دِينٍ خُلُقًا ، وَإنَّ خُلُقَ الإسْلاَمِ الحَيَاءُ))
“Sesungguhnya setiap agama itu memiliki akhlak dan akhlak Islam itu adalah rasa malu.” (HR. Ibnu Majah, hasan)

Sabda beliau yang lain:
“Malu itu adalah bagian dari iman dan iman itu di surga.”



Sabda Rasul shallallahu 'alaihi wa sallam yang lain,
((الحَيَاءُ وَالإيمَانُ قُرِنَا جَمِيعًا ، فَإنْ رُفِعَ أحَدُهُمَا رُفِعَ الآخَرُ))
“Malu dan iman itu bergandengan bersama, bila salah satunya di angkat maka yang lainpun akan terangkat.”(HR. Al Hakim dalam Mustadroknya)

Begitu jelas Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam memberikan teladan pada kita, bahwasanya rasa malu adalah identitas akhlaq Islam. Bahkan rasa malu tak terlepas dari iman dan sebaliknya. Terkhusus bagi seorang muslimah, rasa malu adalah mahkota kemuliaan bagi dirinya. Rasa malu yang ada pada dirinya adalah hal yang membuat dirinya terhormat dan dimuliakan.

Namun sayang, di zaman ini rasa malu pada wanita telah pudar, sehingga hakikat penciptaan wanita—yang seharusnya—menjadi perhiasan dunia dengan keshalihahannya, menjadi tak lagi bermakna. Di zaman ini wanita hanya dijadikan objek kesenangan nafsu. Hal seperti ini karena perilaku wanita itu sendiri yang seringkali berbangga diri dengan mengatasnamakan emansipasi, mereka meninggalkan rasa malu untuk bersaing dengan kaum pria.

Allah telah menetapkan fitrah wanita dan pria dengan perbedaan yang sangat signifikan. Tidak hanya secara fisik, tetapi juga dalam akal dan tingkah laku. Bahkan dalam Al Qur’an surat Al Baqarah ayat 228 yang artinya; ‘Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang sepatutnya’, Allah telah menetapkan hak bagi wanita sebagaimana mestinya. Tidak sekedar kewajiban yang dibebankan, namun hak wanita pun Allah sangat memperhatikan dengan menyesuaikan fitrah wanita itu sendiri. Sehingga ketika para wanita menyadari fitrahnya, maka dia akan paham bahwasanya rasa malu pun itu menjadi hak baginya. Setiap wanita, terlebih seorang muslimah, berhak menyandang rasa malu sebagai mahkota kemuliaannya.


Sayangnya, hanya sedikit wanita yang menyadari hal ini…
Di zaman ini justeru banyak wanita yang memilih mendapatkan mahkota ‘kehormatan’ dari ajang kontes-kontes yang mengekspos kecantikan para wanita. Tidak hanya sebatas kecantikan wajah, tapi juga kecantikan tubuh diobral demi sebuah mahkota ‘kehormatan’ yang terbuat dari emas permata. Para wanita berlomba-lomba mengikuti audisi putri-putri kecantikan, dari tingkat lokal sampai tingkat internasional. Hanya demi sebuah mahkota dari emas permata dan gelar ‘Miss Universe’ atau sejenisnya, mereka rela menelanjangi dirinya sekaligus menanggalkan rasa malu sebagai sebaik-baik mahkota di dirinya. Naudzubillah min dzaliik…

Apakah mereka tidak menyadari, kelak di hari tuanya ketika kecantikan fisik sudah memudar, atau bahkan ketika jasad telah menyatu dengan tanah, apakah yang bisa dibanggakan dari kecantikan itu? Ketika telah berada di alam kubur dan bertemu dengan malaikat yang akan bertanya tentang amal ibadah kita selama di dunia dengan penuh rasa malu karena telah menanggalkan mahkota kemuliaan yang hakiki semasa di dunia.
Dalam sebuah kisah, ‘Aisyah Radhiyyallahu ‘Anha pernah didatangi wanita-wanita dari Bani Tamim dengan pakaian tipis, kemudian beliau berkata, “Jika kalian wanita-wanita beriman, maka (ketahuilah) bahwa ini bukanlah pakaian wanita-wanita beriman, dan jika kalian bukan wanita beriman, maka silahkan nikmati pakaian itu.”

Betapa pun Allah ketika menetapkan hijab yang sempurna bagi kaum wanita, itu adalah sebuah penjagaan tersendiri dari Allah kepada kita—kaum wanita—terhadap mahkota yang ada pada diri kita. Namun kenapa ketika Allah sendiri telah memberikan perlindungan kepada kita, justeru kita sendiri yang berlepas diri dari penjagaan itu sehingga mahkota kemuliaan kita pun hilang di telan zaman?

“Nikmat Rabb-mu yang manakah yang kamu dustakan?” (QS. Ar Rahman: 13)

Wahai, muslimah…
Peliharalah rasa malu itu pada diri kita, sebagai sebaik-baik perhiasan kita sebagai wanita yang mulia dan dimuliakan. Sungguh, rasa malu itu lebih berharga jika kau bandingkan dengan mahkota yang terbuat dari emas permata, namun untuk mendapatkan (mahkota emas permata itu), kau harus menelanjangi dirimu di depan public.

Wahai saudariku muslimah…
Kembalilah ke jalan Rabb-mu dengan sepenuh kemuliaan, dengan rasa malu dikarenakan keimananmu pada Rabb-mu…

Turki Cabut Larangan Kerudung di Sekolah Agama

Pemerintah Turki mencabut larangan kerudung di sekolah-sekolah yang memberikan pelajaran agama. Sebuah keputusan yang dikecam oleh kelompok sekuler, yang menuding pemerintah memiliki agenda islamisasi tersembunyi atas negara Turki.

Berdasarkan peraturan baru yang diumumkan hari Selasa kemarin dan akan berlaku mulai tahun ajaran 2013-2014, siswa di sekolah-sekolah umum juga boleh mengenakan kerudung saat mengikuti pelajaran al-Qur`an.


Perdana Menteri Recep Tayyip Erdogan mengatakan bahwa perubahan peraturan tersebut, yang juga mengakhiri kewajiban memakai seragam sekolah, dilakukan atas permintaan masyarakat.

“Biarkan semua orang mengenakan anak mereka pakaian yang mereka suka, sesuai dengan fungsinya,” kata Erdogan dalam konferensi pers di Madrid, hari selasa kemarin sebagaimana dilansir Reuters (29/11/2012).

Keputusan tersebut menyusul peraturan baru sebelumnya, yang pada bulan Maret silam memperbolehkan kombinasi kurikulum moderen ke dalam kurikulum sekolah berbasis agama pencetak imam dan khatib. Pelajaran ilmu moderen dapat diikuti oleh murid yang telah berusia 11 tahun dan bukan lagi 15 tahun.

Koran sekuler Turki, Cumhuriyet, menuding pemerintah memiliki agenda islamisasi di bidang pendidikan.

Egitim-Sen sebuah organisasi sekuler bidang pendidikan mengkritik keputusan pemerintah Erdogan atas kebijakan tersebut. Menurutnya, pemerintah menjadikan pendidikan bersifat relijius dan simbol-simbol agama yang bertebaran di sekolah dapat mempengaruhi psikologi perkembangan anak.

Berbeda dengan Egitim-Sen, Gurkan Avci dari Uni Edukator Demokrat (DES) mendukung keputusan pemerintah tersebut, yang dianggapnya mengakhiri simbol represif kudeta militer 12 September 1980, dengan cara mengubah kebijakan seragam sekolah.

“Kita tidak akan bisa menyelamatkan sistem pendidikan dari akibat yang disebabkan oleh penindasan, ritual dan dogma serta cara bepikir era 'Perang Dingin', hingga para guru dan muridnya dibebaskan,” tegas Avci.

Bulan lalu, para pejabat militer datang ke acara jamuan di istana kepresidenan, di mana istri presiden dan perdana menteri tampil mengenakan kerudung, suatu pemandangan yang belum pernah di lihat di lingkungan pemerintahan negara Turki yang sekuler.(hidayatullah)

Rabu, 28 November 2012

Selama Agresi…Media Palestina Secara Profesional Goyang Media Israel

Media Palestina goyang jaringan media Israel selama agresi terakhir ke Gaza, dan berhasil mencapai sasaran melansir capaian perlawanan.

Sementara media yang kalah tidak mampu berperan dengan sportif, dan gagal merealisir tujuan.

Menurut pengamat masalah Israel, Naji Battah, media Israel gencar menggelar perang media, sebab mereka melihat media sebagai bagian dari hirarki perang saat pertikaian berlangsung.
Media dengan tiga bagiannya, yang dibaca, dilihat dan didengar, menjadi sasaran Israel selama agresi terakhir ke Gaza, untuk menghancurkan semangat rakyat Palestina dan perlawanannya, serta mengangkat spirit pasukan Israel, media Israel sama sekali tidak demokratis, melainkan tunduk kepada pengawasan militer.

Di lapangan, sejumlah media Arab melakukan perannya, sementara media Israel kehilangan kemampuan menembus opini public internasional, karena itu media Israel dalam opini internasional bahkan internal Israel sendiri mengalami kemunduran, sebab masyarakat Israel lebih percaya kepada perlawanan dibandingkan informasi yang dirilis media mereka sendiri, sambung Battah.

Selama agresi, menurut pengamat ini, media Palestina sudah matang dan selaras dengan garis perlawanan dalam membela bangsanya, dan membongkar kejahatan Israel terhadal anak-anak, para wanita dan orang tua, yang sangat bertentangan dengan standar minimum internasional.

Battah menyebutkan statmen Jendral Israel saat agresi pertama ke Gaza tahun 2008/2009 lalu, yang menyatakan, “Seandainya media Palestina saat ini ada tahun 58, pasti Israel tidak akan berdiri.”

Selama 8 hari agresi Israel ke Gaza, penjajah Israel melakukan sejumlah pembantaian keji, sebuah keluarga menjadi korban seluruhnya, dan menyerang sejumlah komplek perumahan sipil, menyerang jembatan, pos keamanan, lahan pertanian dan kantor pemerintahan.

Dosen komunikasi di Universitas Islam Gaza, Dr. Jawad Dalwu menyebutkan, media Palestina pada agresi lalu telah melakukan peranan sempurna, dan meraih kemenangan atas media Israel, seperti halnya kemenangan perlawanan atas militer Israel.

Peran media Arab dalam agresi ini tidak seperti agresi sebelumnya, dan media Palestina menjadi rujukan utama bagi segenap media Arab dan internasional.

Menurut Dalwu, peran TV Al-Aqsha sangat menonjol, dua dari crewnya gugur, dalam menginformasikan peristiwa agresi ke level internasional.

Seperti koferensi pers yang dilakukan Jubir Al-Qassam, Abu Ubaidah, dan pesan yang disampaikan pimpinan Al-Qassam, Muhammad Dhaif, sangat berpengaruh besar dan menggentarkan semangat musuh.

PM Palestina di Gaza, Ismail Haniyah menyampaikan apresiasi terhadap kerja media selama agresi terakhir ke Gaza, peran mereka sangat besar dalam menyoroti kejahatan Israel.

Wahai para jurnalis, kalian adalah para pejuang, kalian bergerak di bawah serangan pesawat tempur untuk menyampaikan informasi. Media Palestina mencatatkan diri bagi kemenangan perlawanan secara militer, politik dan juga media menghadapi penjajah Israel selama agresi, ungkap Haniyah.